Selasa, 06 September 2011

Mika 6:1-8

Latar Belakang Sejarah
“Mika hidup semasa dengan Yesaya, tetapi sedang Yesaya bergaul dengan raja dan istana di Yerusalem, Mikha adalah seroang dari kampun kecil dan tempat-tempat terbuka.  Seba-gian besar hubungan Yesaya adalah dengan penduduk dan kegiatan kota, sedangkan Mikha menyaksikan perkara-perkara yang terjadi diantara orang dusun, rakyat Yehuda yang tertindas.”[1]
Menurut penjelasan buku Survey Perjanjian Lama:
Dikemukakan bahwa ia sudah bernubuat selama masa pemerintahan raja-raja Yotam, Ahas, Hizkia.  Ketiga raja ini memerintah selama paruh bagian pertengahan akhir abad ke 8 SM.  Mikha melayani selama masa krisis yang ditimbulkan kerajaan Asyur.  Ia menyak-sikan peristiwa-peristiwa yang mendatangkan kehancuran dan pembuangan dari kerajaan Israle Utara[2].
Asyur muncul sebagai kerajaan yang super power di masa Mikha.  Banyak bangsa-bangsa kecil di bagian barat hidup dengan rasa kekawatiran dan ketakutan kepada bangsa Asyur.  Pada masa itu, kerajaan Asyur sedang melakukan ekspedisi militer secara besar-besaran yang dipimpin oleh Sanherib.  Ekspedisi militer tersebut sampai kepada wilayah kerajaan Yehuda, sehingga banyak daerah-daerah kerajaan Yehuda yang dicaplok oleh Asyur.  
Penyerbuan yang paling membahayakan adalah dan yang biasanya dianggap sebagai latar belakang sejarah bagi banyak nubuat Mikha adalah ekspedisi militer Sanherib yang men-capai puncaknya dan pengepungan Yerusalem pada tahun 701 SM.  Dalam ekspedisi militer ini banyak kota kota Yehuda yang dikepung dan dihancurkan, yang paling terkenal adalah kota Lakhis.[3]
Kendatipun demikian catatan sejarah Asyur tidak menjelaskan akhir dari pada ekspedisi tersebut.  Namun dalam II Raja2 19:35 mencatat bahwa tentara Asyur, yang berjumlah 185,000 orang, dibunuh pada waktu malam oleh ‘malaikat TUHAN’.  II Raja2 19 menjelaskan bahwa Allah melepaskan Yerusalem dari serangan Asyur.  Panah Asyur tidak akan ditembakkan ke Yerusalem, Sanherib akan kembali ke kotanya melalui jalan ia datang dan akan mati dengan pedang di negerinya sendiri.  Hal itu pun terjadi; oleh dua putranya yang bersekongkol untuk membunuh dia.
Pada abad 8, Allah mengutus Mikha ditengah umat-Nya untuk memperingatkan bangsa itu akan segala dosa Yehuda.  Pada masa itu terjadi pergolakan politis dan kerusuhan sosial.
Keberhasilan besar raja Uzia di bidang militer sudah berkembang menjadi masa kemak-muran ekonomi bagi beberapa orang.  Pertumbuhan ekonomi menyebabkan terjadi pula perkembangan golongan pedagang di Israel dan kelompok-kelompok dalam masyarakat yang sebelumnya tidak pernah ada.  Golongan petani dalam masyarakat sering kali men-dapatkan dirinya dalam kekuasaan pada pedagangm yang tampaknya mendapatkan dukungan dari pihak raja[4].
Kemerosotan atau ketimpangan sosial serta keberagamaan yang palsu ini yang melatar belakangi panggilan Allah kepada Mikha.  Kekacauan di dalam sistem sosial, dimana pedagang menguasai petani, hal ini semakin di perparah dengan dukungan raja terhadap kaum pedagang.  Sehingga terjadi ketimpangan ekonomi.  Di sisi lain; dalam bidang agama, para penyembah, imam dan rakyat Yehuda menipu Allah dengan kepalsuan dalam perbadatan mereka.  Atas dasar inilah Allah ingin memanggil Mikha untuk menyampaikan pesan-Nya kepada Yehuda yang telah sesat.
Kebudayaan
Kebudayaan pada masa Mikha telah banyak dipengaruhi oleh kebudayaan asing seperti kebudayaan Mesir dan kebudayaan sekitar mereka.  Pengaruh itu dibawa melalui hubungan dengan bangsa lain seperti Mesir yang cukup sering berkunjung ke Israel dan begitu sebaliknya.  Sehingga kepercayaan-kepercayaan asing masuk ke Israel (seperti yang dianut oleh raja-raja Israel sebelumnya).  Budaya itulah yang membawa masuk juga ibadah penyembahan kepada dewa Molokh.  
Jenis Literatur
Dalam tulisannya, pesan yang disampaikan Mikha terkesan “kasar” bila dibandingkan dengan nabi-nabi sezamannya atau sebelumnya seperti gaya Amos, Hosea atau Yesaya.  Banyak hal-hal yang sangat mengagumkan bagi penafsir ketika memperhati struktur atau penyusunan kalimat-kalimat yang cenderung cepat berali dengan kasar ke bagian lain contohnya perubahan dari ‘ancaman’ kepada ‘janji’.  Meskipun demikian ini menjadi suatu bukti bahwa Mikha adalah penulis yang sangat memperhatikan gaya bahasa yang disampaikan, dia seorang yang pandai menggunakan paronomasia.[5]  Penggunaan kiasan seperti “gunung-gunung atau bukit-bukit untuk mendengarkan” dan kata-kata lainnya sangatlah baik sekali ini membuktikan kalau Mikha memiliki pemahaman yang sangat baik mengenai literature yang pas untuk pesan yang ia sampaikan. 
Dalam kitab Mikha ada tiga bagian penekanan atau fokus penyampaiannya yaitu Hukuman, Harapan, dan Janji.  Mikha menyampaikan hukuman yang akan dijatuhi Allah kepada Israel dan Yehuda karena ketidakberesan kehidupan mereka, ketidakadilan, dan kemunafikan dalam ibadah mereka.  Namun Allah tetap memberikan harapan akan kebaikan atau perdamaian dengan Allah yang disampaikan melalui janji-janji-Nya kepada umat-Nya.
Hubungan dengan Gereja Zaman ini
Meneliti kitab Mikha secara khusus pasal 6:1-8 memberikan banyak masukan bagi sejarah perjalanan gereja hingga zaman sekarang.  Allah begitu memperhatikan gereja-gereja-Nya.  Tidak akan pernah sekalipun Allah akan meninggal-kan gereja-Nya atau berbuat jahat kepada gereja-Nya.  Gereja terkadang lalai terhadap tugas yang diberikan Allah kepada mereka, gereja selalu sibuk dengan urusan ibadah di dalam gereja, pengerja-pengerja seolah-olah berbangga dengan praktik ibadah di dalam gereja.
Ibadah memang sanga penting, namun yang paling penting adalah kita harus mengerti dari esensi ibadah itu sendiri.  Kita harus tahu apa yang akan kita capai dalam ibadah itu, yaitu berkenan kepada Allah (Mikha 6:8). Hidup berlaku adil dan mencintai kesetiaan.  Kesetiaan kepada Tuhan atau iman, kesetiaan kepada panggilannya mula-mula.  

Uraian Ayat-Ayat
1Baiklah dengarkanlah firman yang diucapkan TUHAN: bangkitlah lancarkanlah pengaduan di depan gunungu-gunung, dan biarlah bukit-bukit mendengarkan suaramu!
Dalam bahasa terjemahan asli kata ‘baiklah’ menggunakan kata [m;v' shama` {shaw-mah'} artinya mendengarkan, memperhatikan, mendengarkan dengan penuh perhatian[6]. Bentuk imperative atau perintah.  Pesa pembukaan ini disampaikan dengan sungguh-sungguh dan  dan mengajak kita untuk memberikan perhatian penuh.  umat TUHAN diperintahkan untuk men-dengarkan; hear you now what the Lord say.  “Seorang nabi menyampaikan apa yang disampai-kan TUHAN kepadanya di dalam nama-Nya.  Orang-orang harus mendengarkannya bukan sebagai orang yang penuh dengan dosa, tetapi mendengarkan Firman dari Allah yang Hidup.”[7]   Seorang pengkotbah menyampaikan Firman Tuhan dihadapan jemaat, yang harus menjadi fokus perhatian jemaat adalah Firman Allah yang disampaikan bukan pengkotbahnya yang berdosa.  Sebagian orang memilih-milih pengkotbah yang akan diundang menyampaikan firman Allah di gereja.  Mika mengajak umat-Nya untuk mendengarkan perkataan TUHAN (hwhy) YHWY yaitu Allah Israel, TUHAN satu-satunya (Gen 3:14-15) Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub.  Bangsa Yehuda diajak untuk mendengarkan perkataan TUHAN Allah yang disembah oleh nenek moyang mereka yaitu Abraham, Ishak dan Yakub. 
Bangkitlah (arise) ~Wq quwm {koom} artinya bangkit/berdiri, dari posisi duduk kemudian berdiri.  Seperti seorang raja yang memasuki ruangan, setiap orang yang duduk di dalam ruangan akan berdiri.  Mikha mengajak umat Yehuda untuk bangkit dihadapan  karena Allah hadir di tengah-tengah mereka.  ‘Lancarkanlah pengaduan di antara gunung-gunung’.  DalamKJV di tulis demikian  “contend thou before the mountains’  terjemahan NIV “plead your case before the mountains”.  Pada bagian ini Mikha memerintahkan umat Yehuda untuk menyampaikan pengaduannya kepada TUHAN.  “Contend” dan “plead your case” ini seperti di dalam dunia peradilan, dimana tuntutan atau gugatan dilancarkan secara legal.  TUHAN, Umat-Nya, Mikha (sebagai nabi-Nya) sedang mengadakan sidang terkait dengan kondisi kehidupan umat-Nya.  Gunung-gunung (rh; har {har}) dan bukit-bukit (tA[b'G>h;)) baca gibah.  Gunung-gunung maupun bukit-bukit biasanya representative dari supranatural.  Allah berdiri di atas gunung, Allah menginjakkan kakinya di atas bukit.  Namum beberapa penafsir mengatakan bahwa gunung-gunung dan bukit-bukit merupakan representative dari berhala yang disembah oleh bangsa Yehuda.  Di sana mereka menyembah berhala mereka yang mengotori ibadah mereka kepada Allah.  Pada ayat 1 ini, hal yang paling unik adalah Allah memberikan kesempatan kepada bangsa Yehuda untuk menyampaikan pengaduan mereka .
2Dengarlah, hai gunung-gunung, pengaduan TUHAN, dan pasanglah telingan, hai dasar-dasar bumi! Sebab TUHAN mempunyai pengaduan terhadap umat-Nya, dan Ia berpekara dengan Israel.
Pada ayat kedua ini Allah menyatakan pengaduannya kepada umat-Nya.  Sama halnya dengan ayat pertama, di dalam ayat yang kedua ini juga nabi Mikha mengikut sertakan gunung-gunung dalam tulisan yang ia sampaikan.  Sebegitu dalamnya keinginan Allah untuk menyam-paikan perkaranya kepada Israel sehingga gunung-gunung diajak untuk mendengarkan penga-duan-Nya terhadap Israel.  “Demikian tajamnya perasaan YEHOVA dalam hal ini, sehingga Ia ingin gunung-gunung akan mengumandangkan suara-Nya pada waktu Ia memanggil umat-Nya untuk menyaksikan apakah mereka punya pengaduan terhadap diri-Nya.”[8]  TUHAN mempunyai pengaduan atau tuntutan dengan umat-Nya.  Kata Ibrani  “pengaduan” menggunakan kata yang sama seperti halnya pada ayat yang pertama.  TUHAN juga memiliki “tuntutan hukum” legal kepada Israel umat-Nya.  “..dan Ia berperkara dengan Israel”, kata berperkara xky yakach {yaw-kahh'} artinya mengadili/memeriksa.  TUHAN menuntut Israel akan perlakukan mereka terhadap kasih setia yang diberikan TUHAN di dalam kehidupan mereka.
3Umat-Ku, apakah yang telah Kulakukan kepadamu? Dengan apakah engkau telah Kulelahkan? Jawablah Aku! 
Umat-Ku dari kata Ibrani  ~[; `am {am}artinya umat, jemaat.  umat-Ku artinya miliki kepunyaan sendiri one’s own people.  Allah meminta jawaban dari umat kepunyaan-Nya sendiri mengenai perlakuan atau tindakan Israel yang berubah tidak setia kepada Allah.  “Mereka memperlakukan YHWH seolah-olah berlaku lalim terhadap mereka.  Tapi mereka tidak dapat menyebutkan suatu kesalahan pun yang dilakukan-Nya terhadap mereka.”[9]   Meskipun kasih setia Allah terus berlanjut sampai pada generasi-genarasi berikutnya namun hal itu tidak menjadi dasar kesetiaan Israel kepada TUHAN (YHWH).  Apakah YHWH dengan kesetiaan-Nya kepada umat-Nya pernah memberatkan mereka dengan segala hukum-hukum-Nya?.  “Dengan apakah engkau kulelahkan?”.  Apakah TUHAN pernah menyibukan mereka dengan hal yang tidak benar, apakah TUHAN pernah menguras tenaga mereka dengan kesia-siaan.  Justru Allah memberikan mereka kasih karunia dengan setia turun-temuru. 
4 Sebab Aku telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir dan telah  membebaskan engdaku dari rumah perbudakan dan telah mengutus Musa dan Harun dan Miryam sebagai penganjurmu.
“..sejak dari zaman Musa dan Harun yang diutus-Nya untuk membawa mereka keluar dari perbudakan Mesir ke tanah perjanjian.”[10]  Nenek moyang Israel keluar dari tanah Mesir dengan pimpinan TUHAN.  Allah melepaskan mereka dari rumah perbudakan.  Di Mesir mereka dijajah sebagi kaum budak, kaum yang setiap saat mendapat  aniaya dari pribumi Mesir, menerima kasih karunia dengan membebaskan mereka dari tangang kerja paksa selama puluhan tahun.  Musa dan Harun diutus-Nya sebagai pengantara mereka dengan Allah.  Allah menebus umat-Nya dengan kuasa yang diacungkan kepada Mesir.  
5 Umat-Ku baiklah ingat apa yang dirancangkan oleh Balak, raja Moab dan apakah yang dijawab kepadanya oleh Bileam bin Beor dan apa yang telah terjadi dari Sitim sampai ke Gilgal, supaya engkau mengakui perbuatan-perbuatan keadilah dari TUHAN.
Bileam Bin Beor nabi Allah.  Kisahnya ditulis di dalam Bilangan pasal 23-24 ketika itu Umat Israel telah keluar dari Mesir dan masuk ke tanah Kanaan.  Adapun Balak raja Moab meminta Bileam untuk mengutuk Israel.  Tiga kali Balak meminta Bileam untuk menyerapah Israel, tiga kali pula Bileam mengucapkan berkat kepada Israel.  Penekanan utama dalam kisah ini adalah bahwa TUHAN Allah Israel tidak pernah menyerapah umat-Nya sendiri untuk menga-lami kemalangan.  Allahkah indahnya apabila umat Israle terus mengingat akan kemurahan Tuhan perjalanan sejarah masa lalu. 
TUHAN mengingatkan akan keadilannya kepada Israel, ketika mereka baru memasuki tanah Kanaan.  Allah membuat perkara besar dihadapan segala bangsa yang tinggal di tanah Kanaan.  Bahkan ketika raja Moab meminta Bileam mengutuk mereka, namun Allah tidak pernah merubah perjanjian-Nya kepada umat-Nya.  inilah kasih setia Tuhan kepada umat kepunyaan-Nya itu.    
6Dengan apakah aku akan pergi menghadap TUHAN dan tunduk menyembah kepada Allah di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun?
Bagaimanakan sekarang, untuk memperbaiki hubungan dengan Allah menjadi damai?.  Dengan apakah Israel akan kembali dan mengaku dosanya atau mereka akan kembali dengan korban-korban mereka.  Apakah dengan korban-korban bakaran semuanya akan beres dan hubungan kembali membaik antara TUHAN dengan umat-Nya.  Mika menyinggung korban-korban sembelihan dan korban bakaran Israel yang tidak ada guna. 
7Berkenankah TUHAN kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu curahan minyak? Akan kupersembahkan anak sulungku karena pelanggaranku dan buah kandunganku karena dosaku sendiri.
Tawaran untuk ribuan domba jantan dan puluhan ribu curahan minyak, bisakan itu semua memperbaiki hubungan dengan Allah.  umat Israel terlalu terikan dengan upacara-upacara ibadah, sehingga esensi dari ibadah tersebut hilang dan diganti dengan praktik-praktik ibadah yang menjijikkan bagi Allah.  Mereka lebih terpokus pada korban-korban yang setiap hari tercurah di mezbah TUHAN.  Namun di sisi lain, hubungan personal mereka dengan TUHAN rusak parah. 
Sebanyak apa pun korban bakaran yang dipersembahkan kepada TUHAN, apabila hati kita dan kita sendiri tidak menegerti esensi dari ibadah tersebut maka tidak ada guna.  Tuhan tidak berkenan dengan puluhan ribu korban bakaran atau korban curahan.  Mika mengkritik penyembahan berhala yang selalu mengorbankan anak-anak kepada dewa Milke (Molokh) yang haus darah.  “Anak sulung..kebiasaan kafir untuk mempersembahkan anak sulung sebagi kurban juga sudah dilakukan orang Israel, selain berbagai praktek penyembahan kafir lainnya, pada zaman pemerintahan yang suram dari raja-raja Israel terakhir”[11]  .  Apakah dengan berbuat demikian maka Allah akan mengampuni dosa-dosa?  Apakah Allah menghendaki dari anak-anak sulung.    Allah tidak menerima pengganti.  Walaupun manusia mungkin berusaha menggantinya dengan berbagai persembahan yang mengesankan, perbuatan mereka yang menyakiti, yang penuh kekerasan dan penipuan.
8”Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik.  Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati dihadapan Allahmu?”.
Inilah bagian inti dari pesan nubuat yang disampaikan Mikha kepada umat Israel.  Tuhan telah menyampaikan keinginan-Nya kepada bangsa Israel, TUHAN meminta dengan tegas kepada umat-Nya yaitu untuk berbuat kebaikan.  Tuhan telah menunjukkan kepada kita yang baik yang harus kita lakukan.  Ini tidak hanya berlaku bagi umat Israel saja.  Tidak dikatakan ‘oh israel’ melainkan ‘oh manusia’ berarti ini menyatakan keseluruhan manusia yang menerima pesan Allah.  Tuhan telah menunjukkan kepada kita segala kebaikan yang harus kita lakukakan entah itu kebaikan moral, keadialan, kesetiaan dsb.  Tuhan tidak menuntuk sesuatu yang lain bagi dirinya sendiri, Tuhan tidak menuntut darah atau korban bakaran untuk diri-Nya sendiri.  Tuhan hanya menuntut manusia untuk berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati dihadapan Allah. 


[1] Frank M. Byond.  Kitab Nabi-Nabi Kecil (Malang: Penerbit Gandum Mas, 1982), 100.

[2] Hill and Walton. Survey Perjanjian Lama (Malang: Penerbit Gandum Mas, 2008), 643.

[3] Ibid. 645.
[4] Ibid.
[5] C.Hassel Bullock, Kitab Nabi-Nabi Kecil Perjanjian Lama. (Malang: Gandum Mas, 2002),146.

[6]Matthew Commentary. Bibleworks.

[7] Ibid.
[8]Frank M.  Boyd.  Kitab Nabi-Nabi Kecil  (Malang: Gandum Mas, 1982), 111.

[9] Tafsir Alkitab Masa Kini Vol. 2 (Ayub-Maleakhi)  (Jakarta: Yayasan Komunikasi Binas Kasih/OMF, 2001), 673.
[10]Ibid. 673-674.
[11] Handbook to the Bible. 504.

2 komentar:

  1. Renungan ini menyadarkan saya pribadi dan melengkapi saya akan pengenalan Tuhan secara utuh. Terima kasi. Tuhan memberkati

    BalasHapus
  2. Renungan ini menyadarkan saya pribadi dan melengkapi saya akan pengenalan Tuhan secara utuh. Terima kasi. Tuhan memberkati

    BalasHapus