Latar
Belakang Sejarah
“Mika
hidup semasa dengan Yesaya, tetapi sedang Yesaya bergaul dengan raja dan istana
di Yerusalem, Mikha adalah seroang dari kampun kecil dan tempat-tempat
terbuka. Seba-gian besar hubungan Yesaya
adalah dengan penduduk dan kegiatan kota, sedangkan Mikha menyaksikan
perkara-perkara yang terjadi diantara orang dusun, rakyat Yehuda yang
tertindas.”[1]
Menurut
penjelasan buku Survey Perjanjian Lama:
Dikemukakan
bahwa ia sudah bernubuat selama masa pemerintahan raja-raja Yotam, Ahas,
Hizkia. Ketiga raja ini memerintah
selama paruh bagian pertengahan akhir abad ke 8 SM. Mikha melayani selama masa krisis yang
ditimbulkan kerajaan Asyur. Ia menyak-sikan
peristiwa-peristiwa yang mendatangkan kehancuran dan pembuangan dari kerajaan Israle
Utara[2].
Asyur
muncul sebagai kerajaan yang super power di masa Mikha. Banyak bangsa-bangsa kecil di bagian barat
hidup dengan rasa kekawatiran dan ketakutan kepada bangsa Asyur. Pada masa itu, kerajaan Asyur sedang
melakukan ekspedisi militer secara besar-besaran yang dipimpin oleh
Sanherib. Ekspedisi militer tersebut
sampai kepada wilayah kerajaan Yehuda, sehingga banyak daerah-daerah kerajaan
Yehuda yang dicaplok oleh Asyur.
Penyerbuan yang
paling membahayakan adalah dan yang biasanya dianggap sebagai latar belakang
sejarah bagi banyak nubuat Mikha adalah ekspedisi militer Sanherib yang men-capai
puncaknya dan pengepungan Yerusalem pada tahun 701 SM. Dalam ekspedisi militer ini banyak kota kota
Yehuda yang dikepung dan dihancurkan, yang paling terkenal adalah kota Lakhis.[3]
Kendatipun
demikian catatan sejarah Asyur tidak menjelaskan akhir dari pada ekspedisi
tersebut. Namun dalam II Raja2 19:35
mencatat bahwa tentara Asyur, yang berjumlah 185,000 orang, dibunuh pada waktu
malam oleh ‘malaikat TUHAN’. II Raja2
19 menjelaskan bahwa Allah melepaskan Yerusalem dari serangan Asyur. Panah Asyur tidak akan ditembakkan ke
Yerusalem, Sanherib akan kembali ke kotanya melalui jalan ia datang dan akan
mati dengan pedang di negerinya sendiri.
Hal itu pun terjadi; oleh dua putranya yang bersekongkol untuk membunuh
dia.
Pada
abad 8, Allah mengutus Mikha ditengah umat-Nya untuk memperingatkan bangsa itu akan
segala dosa Yehuda. Pada masa itu
terjadi pergolakan politis dan kerusuhan sosial.
Keberhasilan
besar raja Uzia di bidang militer sudah berkembang menjadi masa kemak-muran
ekonomi bagi beberapa orang. Pertumbuhan
ekonomi menyebabkan terjadi pula perkembangan golongan pedagang di Israel dan
kelompok-kelompok dalam masyarakat yang sebelumnya tidak pernah ada. Golongan petani dalam masyarakat sering kali
men-dapatkan dirinya dalam kekuasaan pada pedagangm yang tampaknya mendapatkan
dukungan dari pihak raja[4].
Kemerosotan
atau ketimpangan sosial serta keberagamaan yang palsu ini yang melatar
belakangi panggilan Allah kepada Mikha.
Kekacauan di dalam sistem sosial, dimana pedagang menguasai petani, hal
ini semakin di perparah dengan dukungan raja terhadap kaum pedagang. Sehingga terjadi ketimpangan ekonomi. Di sisi lain; dalam bidang agama, para
penyembah, imam dan rakyat Yehuda menipu Allah dengan kepalsuan dalam
perbadatan mereka. Atas dasar inilah
Allah ingin memanggil Mikha untuk menyampaikan pesan-Nya kepada Yehuda yang
telah sesat.
Kebudayaan
Kebudayaan
pada masa Mikha telah banyak dipengaruhi oleh kebudayaan asing seperti
kebudayaan Mesir dan kebudayaan sekitar mereka.
Pengaruh itu dibawa melalui hubungan dengan bangsa lain seperti Mesir
yang cukup sering berkunjung ke Israel dan begitu sebaliknya. Sehingga kepercayaan-kepercayaan asing masuk
ke Israel (seperti yang dianut oleh raja-raja Israel sebelumnya). Budaya itulah yang membawa masuk juga ibadah
penyembahan kepada dewa Molokh.
Jenis
Literatur
Dalam
tulisannya, pesan yang disampaikan Mikha terkesan “kasar” bila dibandingkan
dengan nabi-nabi sezamannya atau sebelumnya seperti gaya Amos, Hosea atau
Yesaya. Banyak hal-hal yang sangat
mengagumkan bagi penafsir ketika memperhati struktur atau penyusunan
kalimat-kalimat yang cenderung cepat berali dengan kasar ke bagian lain
contohnya perubahan dari ‘ancaman’ kepada ‘janji’. Meskipun demikian ini menjadi suatu bukti
bahwa Mikha adalah penulis yang sangat memperhatikan gaya bahasa yang
disampaikan, dia seorang yang pandai menggunakan paronomasia.[5] Penggunaan kiasan seperti “gunung-gunung atau
bukit-bukit untuk mendengarkan” dan kata-kata lainnya sangatlah baik sekali ini
membuktikan kalau Mikha memiliki pemahaman yang sangat baik mengenai literature
yang pas untuk pesan yang ia sampaikan.
Dalam
kitab Mikha ada tiga bagian penekanan atau fokus penyampaiannya yaitu Hukuman,
Harapan, dan Janji. Mikha menyampaikan
hukuman yang akan dijatuhi Allah kepada Israel dan Yehuda karena ketidakberesan
kehidupan mereka, ketidakadilan, dan kemunafikan dalam ibadah mereka. Namun Allah tetap memberikan harapan akan
kebaikan atau perdamaian dengan Allah yang disampaikan melalui janji-janji-Nya
kepada umat-Nya.
Hubungan
dengan Gereja Zaman ini
Meneliti
kitab Mikha secara khusus pasal 6:1-8 memberikan banyak masukan bagi sejarah
perjalanan gereja hingga zaman sekarang.
Allah begitu memperhatikan gereja-gereja-Nya. Tidak akan pernah sekalipun Allah akan
meninggal-kan gereja-Nya atau berbuat jahat kepada gereja-Nya. Gereja terkadang lalai terhadap tugas yang
diberikan Allah kepada mereka, gereja selalu sibuk dengan urusan ibadah di
dalam gereja, pengerja-pengerja seolah-olah berbangga dengan praktik ibadah di
dalam gereja.
Ibadah
memang sanga penting, namun yang paling penting adalah kita harus mengerti dari
esensi ibadah itu sendiri. Kita harus
tahu apa yang akan kita capai dalam ibadah itu, yaitu berkenan kepada Allah
(Mikha 6:8). Hidup berlaku adil dan mencintai kesetiaan. Kesetiaan kepada Tuhan atau iman, kesetiaan
kepada panggilannya mula-mula.
Uraian
Ayat-Ayat
1Baiklah
dengarkanlah firman yang diucapkan TUHAN: bangkitlah lancarkanlah pengaduan di
depan gunungu-gunung, dan biarlah bukit-bukit mendengarkan suaramu!
Dalam
bahasa terjemahan asli kata ‘baiklah’ menggunakan kata [m;v' shama`
{shaw-mah'} artinya mendengarkan, memperhatikan, mendengarkan dengan penuh
perhatian[6].
Bentuk imperative atau perintah. Pesa
pembukaan ini disampaikan dengan sungguh-sungguh dan dan mengajak kita untuk memberikan perhatian
penuh. umat TUHAN diperintahkan untuk
men-dengarkan; hear you now what the Lord
say. “Seorang nabi menyampaikan apa
yang disampai-kan TUHAN kepadanya di dalam nama-Nya. Orang-orang harus mendengarkannya bukan
sebagai orang yang penuh dengan dosa, tetapi mendengarkan Firman dari Allah
yang Hidup.”[7]
Seorang pengkotbah menyampaikan Firman
Tuhan dihadapan jemaat, yang harus menjadi fokus perhatian jemaat adalah Firman
Allah yang disampaikan bukan pengkotbahnya yang berdosa. Sebagian orang memilih-milih pengkotbah yang
akan diundang menyampaikan firman Allah di gereja. Mika mengajak umat-Nya untuk mendengarkan
perkataan TUHAN (hwhy) YHWY yaitu Allah Israel, TUHAN satu-satunya (Gen
3:14-15) Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub. Bangsa Yehuda diajak untuk mendengarkan
perkataan TUHAN Allah yang disembah oleh nenek moyang mereka yaitu Abraham,
Ishak dan Yakub.
Bangkitlah (arise) ~Wq quwm {koom} artinya bangkit/berdiri, dari posisi duduk
kemudian berdiri. Seperti seorang raja
yang memasuki ruangan, setiap orang yang duduk di dalam ruangan akan
berdiri. Mikha mengajak umat Yehuda
untuk bangkit dihadapan karena Allah
hadir di tengah-tengah mereka.
‘Lancarkanlah pengaduan di antara gunung-gunung’. DalamKJV di tulis demikian “contend
thou before the mountains’
terjemahan NIV “plead your case
before the mountains”. Pada bagian
ini Mikha memerintahkan umat Yehuda untuk menyampaikan pengaduannya kepada
TUHAN. “Contend” dan “plead your case” ini seperti di dalam dunia peradilan, dimana
tuntutan atau gugatan dilancarkan secara legal.
TUHAN, Umat-Nya, Mikha (sebagai nabi-Nya) sedang mengadakan sidang
terkait dengan kondisi kehidupan umat-Nya.
Gunung-gunung (rh; har {har}) dan bukit-bukit (tA[b'G>h;)) baca gibah. Gunung-gunung maupun bukit-bukit biasanya
representative dari supranatural. Allah
berdiri di atas gunung, Allah menginjakkan kakinya di atas bukit. Namum beberapa penafsir mengatakan bahwa
gunung-gunung dan bukit-bukit merupakan representative dari berhala yang
disembah oleh bangsa Yehuda. Di sana
mereka menyembah berhala mereka yang mengotori ibadah mereka kepada Allah. Pada ayat 1 ini, hal yang paling unik adalah
Allah memberikan kesempatan kepada bangsa Yehuda untuk menyampaikan pengaduan
mereka .
2Dengarlah, hai gunung-gunung, pengaduan TUHAN, dan
pasanglah telingan, hai dasar-dasar bumi! Sebab TUHAN mempunyai pengaduan
terhadap umat-Nya, dan Ia berpekara dengan Israel.
Pada ayat kedua ini Allah menyatakan pengaduannya kepada
umat-Nya. Sama halnya dengan ayat
pertama, di dalam ayat yang kedua ini juga nabi Mikha mengikut sertakan
gunung-gunung dalam tulisan yang ia sampaikan.
Sebegitu dalamnya keinginan Allah untuk menyam-paikan perkaranya kepada
Israel sehingga gunung-gunung diajak untuk mendengarkan penga-duan-Nya terhadap
Israel. “Demikian tajamnya perasaan
YEHOVA dalam hal ini, sehingga Ia ingin gunung-gunung akan mengumandangkan
suara-Nya pada waktu Ia memanggil umat-Nya untuk menyaksikan apakah mereka
punya pengaduan terhadap diri-Nya.”[8] TUHAN mempunyai pengaduan atau tuntutan
dengan umat-Nya. Kata Ibrani “pengaduan” menggunakan kata yang sama
seperti halnya pada ayat yang pertama.
TUHAN juga memiliki “tuntutan hukum” legal kepada Israel umat-Nya. “..dan Ia berperkara dengan Israel”, kata berperkara xky yakach
{yaw-kahh'} artinya mengadili/memeriksa.
TUHAN menuntut Israel akan perlakukan mereka terhadap kasih setia yang
diberikan TUHAN di dalam kehidupan mereka.
3Umat-Ku, apakah yang telah Kulakukan kepadamu? Dengan apakah
engkau telah Kulelahkan? Jawablah Aku!
Umat-Ku dari kata Ibrani
~[; `am {am}artinya umat, jemaat. umat-Ku artinya miliki kepunyaan sendiri
one’s own people. Allah meminta jawaban
dari umat kepunyaan-Nya sendiri mengenai perlakuan atau tindakan Israel yang
berubah tidak setia kepada Allah.
“Mereka memperlakukan YHWH seolah-olah berlaku lalim terhadap
mereka. Tapi mereka tidak dapat
menyebutkan suatu kesalahan pun yang dilakukan-Nya terhadap mereka.”[9] Meskipun kasih setia Allah terus berlanjut
sampai pada generasi-genarasi berikutnya namun hal itu tidak menjadi dasar
kesetiaan Israel kepada TUHAN (YHWH).
Apakah YHWH dengan kesetiaan-Nya kepada umat-Nya pernah memberatkan
mereka dengan segala hukum-hukum-Nya?. “Dengan
apakah engkau kulelahkan?”. Apakah TUHAN
pernah menyibukan mereka dengan hal yang tidak benar, apakah TUHAN pernah
menguras tenaga mereka dengan kesia-siaan.
Justru Allah memberikan mereka kasih karunia dengan setia
turun-temuru.
4 Sebab Aku telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir
dan telah membebaskan engdaku dari rumah
perbudakan dan telah mengutus Musa dan Harun dan Miryam sebagai penganjurmu.
“..sejak dari zaman Musa dan Harun yang diutus-Nya untuk
membawa mereka keluar dari perbudakan Mesir ke tanah perjanjian.”[10] Nenek moyang Israel keluar dari tanah Mesir
dengan pimpinan TUHAN. Allah melepaskan
mereka dari rumah perbudakan. Di Mesir
mereka dijajah sebagi kaum budak, kaum yang setiap saat mendapat aniaya dari pribumi Mesir, menerima kasih
karunia dengan membebaskan mereka dari tangang kerja paksa selama puluhan
tahun. Musa dan Harun diutus-Nya sebagai
pengantara mereka dengan Allah. Allah
menebus umat-Nya dengan kuasa yang diacungkan kepada Mesir.
5 Umat-Ku
baiklah ingat apa yang dirancangkan oleh Balak, raja Moab dan apakah yang
dijawab kepadanya oleh Bileam bin Beor dan apa yang telah terjadi dari Sitim
sampai ke Gilgal, supaya engkau mengakui perbuatan-perbuatan keadilah dari
TUHAN.
Bileam Bin Beor nabi Allah. Kisahnya ditulis di dalam Bilangan pasal
23-24 ketika itu Umat Israel telah keluar dari Mesir dan masuk ke tanah
Kanaan. Adapun Balak raja Moab meminta
Bileam untuk mengutuk Israel. Tiga kali
Balak meminta Bileam untuk menyerapah Israel, tiga kali pula Bileam mengucapkan
berkat kepada Israel. Penekanan utama
dalam kisah ini adalah bahwa TUHAN Allah Israel tidak pernah menyerapah
umat-Nya sendiri untuk menga-lami kemalangan.
Allahkah indahnya apabila umat Israle terus mengingat akan kemurahan
Tuhan perjalanan sejarah masa lalu.
TUHAN mengingatkan akan keadilannya kepada Israel, ketika
mereka baru memasuki tanah Kanaan. Allah
membuat perkara besar dihadapan segala bangsa yang tinggal di tanah
Kanaan. Bahkan ketika raja Moab meminta
Bileam mengutuk mereka, namun Allah tidak pernah merubah perjanjian-Nya kepada
umat-Nya. inilah kasih setia Tuhan
kepada umat kepunyaan-Nya itu.
6Dengan apakah
aku akan pergi menghadap TUHAN dan tunduk menyembah kepada Allah di tempat
tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak
lembu berumur setahun?
Bagaimanakan sekarang, untuk memperbaiki hubungan dengan
Allah menjadi damai?. Dengan apakah
Israel akan kembali dan mengaku dosanya atau mereka akan kembali dengan
korban-korban mereka. Apakah dengan
korban-korban bakaran semuanya akan beres dan hubungan kembali membaik antara
TUHAN dengan umat-Nya. Mika menyinggung
korban-korban sembelihan dan korban bakaran Israel yang tidak ada guna.
7Berkenankah
TUHAN kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu curahan minyak? Akan
kupersembahkan anak sulungku karena pelanggaranku dan buah kandunganku karena
dosaku sendiri.
Tawaran untuk ribuan domba jantan dan puluhan ribu
curahan minyak, bisakan itu semua memperbaiki hubungan dengan Allah. umat Israel terlalu terikan dengan
upacara-upacara ibadah, sehingga esensi dari ibadah tersebut hilang dan diganti
dengan praktik-praktik ibadah yang menjijikkan bagi Allah. Mereka lebih terpokus pada korban-korban yang
setiap hari tercurah di mezbah TUHAN.
Namun di sisi lain, hubungan personal mereka dengan TUHAN rusak
parah.
Sebanyak apa pun korban bakaran yang dipersembahkan
kepada TUHAN, apabila hati kita dan kita sendiri tidak menegerti esensi dari
ibadah tersebut maka tidak ada guna.
Tuhan tidak berkenan dengan puluhan ribu korban bakaran atau korban
curahan. Mika mengkritik penyembahan
berhala yang selalu mengorbankan anak-anak kepada dewa Milke (Molokh) yang haus
darah. “Anak sulung..kebiasaan kafir
untuk mempersembahkan anak sulung sebagi kurban juga sudah dilakukan orang
Israel, selain berbagai praktek penyembahan kafir lainnya, pada zaman
pemerintahan yang suram dari raja-raja Israel terakhir”[11] .
Apakah dengan berbuat demikian maka Allah akan mengampuni
dosa-dosa? Apakah Allah menghendaki dari
anak-anak sulung. Allah tidak menerima pengganti. Walaupun manusia mungkin berusaha
menggantinya dengan berbagai persembahan yang mengesankan, perbuatan mereka
yang menyakiti, yang penuh kekerasan dan penipuan.
8”Hai manusia,
telah diberitahukan kepadamu apa yang baik.
Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil,
mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati dihadapan Allahmu?”.
Inilah bagian inti dari pesan nubuat yang disampaikan
Mikha kepada umat Israel. Tuhan telah
menyampaikan keinginan-Nya kepada bangsa Israel, TUHAN meminta dengan tegas kepada
umat-Nya yaitu untuk berbuat kebaikan.
Tuhan telah menunjukkan kepada kita yang baik yang harus kita
lakukan. Ini tidak hanya berlaku bagi
umat Israel saja. Tidak dikatakan ‘oh
israel’ melainkan ‘oh manusia’ berarti ini menyatakan keseluruhan manusia yang
menerima pesan Allah. Tuhan telah
menunjukkan kepada kita segala kebaikan yang harus kita lakukakan entah itu
kebaikan moral, keadialan, kesetiaan dsb.
Tuhan tidak menuntuk sesuatu yang lain bagi dirinya sendiri, Tuhan tidak
menuntut darah atau korban bakaran untuk diri-Nya sendiri. Tuhan hanya menuntut manusia untuk berlaku
adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati dihadapan Allah.
[1] Frank M.
Byond. Kitab Nabi-Nabi Kecil (Malang: Penerbit Gandum Mas, 1982), 100.
[2] Hill and
Walton. Survey Perjanjian Lama (Malang:
Penerbit Gandum Mas, 2008), 643.
[3] Ibid. 645.
[4] Ibid.
[5] C.Hassel
Bullock, Kitab Nabi-Nabi Kecil Perjanjian
Lama. (Malang: Gandum Mas, 2002),146.
[6]Matthew
Commentary. Bibleworks.
[7] Ibid.
[8]Frank M. Boyd. Kitab Nabi-Nabi Kecil (Malang: Gandum Mas, 1982), 111.
[9] Tafsir Alkitab Masa Kini Vol. 2 (Ayub-Maleakhi) (Jakarta: Yayasan Komunikasi Binas Kasih/OMF,
2001), 673.
[10]Ibid. 673-674.
[11] Handbook to the
Bible. 504.
Renungan ini menyadarkan saya pribadi dan melengkapi saya akan pengenalan Tuhan secara utuh. Terima kasi. Tuhan memberkati
BalasHapusRenungan ini menyadarkan saya pribadi dan melengkapi saya akan pengenalan Tuhan secara utuh. Terima kasi. Tuhan memberkati
BalasHapus